If you wanna read this story, please read Lelucon Cinta part 1 then Lelucon Cinta part 2.
At last but not least, enjoy the story :D
Suatu Hari
Ramai mahkluk berseragam putih abu-abu menyelimuti gerbang sekolah
dan sekitarnya. Waktu telah menunjukkan pun 14.45 WIB. Faya berdiri di samping
gerbang seorang diri. Sesekali melambaikan tangan dan tersenyum pada siswa
siswi yang dikenalnya. Namun dari area parkir barat muncul motor CS-One hitam dengan pengendara yang sangat dikenalnya. Sepasang mata tajam
melihat ke arahnya dengan memicing menghindari silau matahari.
“Sendirian
aja, neng. Pulang ama abang yuk. Tapi temenin keliling Jakarta dulu. Ceban deh
sejam,” sapa Farres sambil menggoda Faya dengan ‘menawarnya’. Ia mendekatkan
motornya ke tempat teduh dekat Faya dan mematikan mesinnya.
“Yeee
lo pikir gue cewek apaan! Gue bukan cewek murah kali! Kalo dua setengah juta
per jam oke dah ayo hahaha,” timpal Faya menanggapi dan disambut tawa renyah
Farres.
Setelah
berhenti tertawa, keheningan mulai menguasai diantara mereka. Gerbang sekolah
masih ramai dengan berbagai celoteh siswa-siswi dan berbagai kendaraannya. Antara
‘salting’ dan kehabisan bahan bicara, mereka terdiam.Tampak Farres sedang
memikirkan sesuatu yang mengganjal pikirannya selama ini. Setelah menghela
napas, ia membuka mulutnya.
“Kamu
pulang sama Nando?”, tanyanya yang sontak langsung membuat Faya tertawa. “Sejak
kapan kita ngomong pake ‘aku-kamu’? Hahaha,” gelak tawa tak bisa ditahan Faya.
Awalnya Farres juga kaget dan salah tingkah, namun untuk menutupinya ia juga
ikut tertawa. Hanya saja ia segera merubah raut wajahnya menjadi serius.
Faya
menyadari akan perubahan itu. Ia sadar dan segera mengangguk bingung sebagai
jawaban. “Kalau seandainya hari ini lo pulang bareng gue aja gimana? Sekali
aja,” tanya Farres dengan sedikit nada memohon. “Lah nanti Tissa gimana?”,
tanya Faya balik. “Biar nanti Nando yang nganter Tissa. Gue pengen ngomong
soalnya sama lo,” atur Farres yakin.
“Yaelah,
ngomong aja pakai pulang bareng. Udah disini aja,” kata Faya malas. Walapun
sebenarnya ia juga penasaran karena Farres tidak biasanya seperti ini. Farres
bimbang sejenak memikirkan mana yang lebih baik. Sampai akhirnya ia berkata,
“Oke gue ngomong deh sekarang”.
Entah
kenapa Faya sedikit merasa deg-degan. Farres menghela nafas dan berkata, “Lo
tau nggak sih kalau gue sayang banget sama lo, Fay?”, wajahnya berubah serius.
“Hah?
Sayang? Tau laaah. Kan kita sahabat dari jaman baheula, pasti kita saling sayang. Pake banget,” jawab Faya
seadanya. Farres menepuk keningnya karena ternyata Faya tidak langsung mengerti
yang sebenarnya.
“Iya
bener, gue sayang sama lo sebagai sahabat. Tapi entah kenapa lama kelamaan itu
berubah. Gue jadi ketergantungan sama lo. Dan mungkin lo juga ngerasa begitu.
Dari dulu gue selalu nyaman deket lo, tapi akhir-akhir ini gue jadi kecanduan.
Lo ngerasa gitu juga nggak sih?”, kata-kata mengalir begitu saja dari mulut
Farres. Wajahnya sedikit lega seperti baru saja mengeluarkan beban berat. Walau
sebenarnya ia merasa salah untuk mengatakan itu, apa manusia yang sudah punya
pacar tidak berhak menyatakan cinta pada orang lain?
Faya
hanya bisa melongo kaget. Dugaan yang selama ini ia hindari ternyata benar. Dan
Faya pun merasakan hal yang sama sehingga ingin segera mengiyakan pertanyaan
Farres. Namun ia teringat pada Nando dan Tissa. Dua orang yang hadir di
kehidupan mereka selama ini. Ia tidak tega memikirkan mereka dan pasti Farres
begitu.
1
April! Hari ini tanggal 1 April! Itu artinya hari ini April Mop! Jangan-jangan
ini hanya akal-akalan Farres aja buat ngerjain gue, batin Faya yang tiba-tiba berpikir seperti itu. Sedikit kecewa
terasa karena pikiran itu. Namun ia sadar tidak sepantasnya ia merasa kecewa.
“Iya
kok, Res. Gue juga ngerasa kayak gitu. Akhir-akhir ini gue jadi merasa
sayaaaang banget sama lo. Gue suka ketika kita cuma berdua. Gue suka kita
bahagia bersama dan ini semua melebihi sahabat,” jawab Faya lancar. Ekspresi
Faya menunjukkan keseriusan namun sedikit terlihat menahan tawa. Perubahan raut
wajah Farres yang awalnya tegang menjadi cerah. “Demi apa lo, Fay?”, Farres
mencoba meyakinkan dengan bersemangat. Ia merasa sangat senang karena Faya juga
merasakannya.
“APRIL
MOP!! Woy, emang gue bisa lo kerjain kayak gitu. Sorry deh, gue duluan yang
bilang ‘April Mop’ hahaha,” teriak Faya dilanjutkan dengan tawa terbahak-bahak.
Namun ekspresi Farres berubah kecewa dan hanya bisa tersenyum pahit.
Ternyata
Faya hanya mengira ia mengatakan lelucon. Dan Faya membalasnya juga dengan
lelucon Ya, benar, cinta yang ada
diantara kita hanya lelucon. Tak akan mungkin lebih dari persahabatan,
batin Farres pahit. “Hahaha lelucon April,” Ia kecewa Faya hanya berkata untuk
menjahilinya. Walau tak sepantasnya karena ia milik Tisha dan Faya milik Nando.
Sebuah
motor dari arah parkiran basement datang
dan berhenti di samping motor Farres. “Eh Res, nungguin Tissa ya? Makasih loh
udah nemenin cewek gue hahaha,” sapa Nando pada Farres. Keringat mengucur deras
dari dahinya. Disekanya sesekali. “Dia yang minta temenin sih, Nan. Katanya
takut diculik hahaha,” sahut Farres dengan tawa hambar. Faya hanya bisa
meringis dan nyengir mendengarnya. Ia masih teringat pada momen terakhir tadi.
Tanpa komando, ia pun naik ke motor Nando dan sudah siap untuk pulang.
“Duluan ya, Res”,
kata Nando tersenyum dan langsung menjalankan motornya. Farres hanya bisa
membalas dengan senyuman dan melambaikan tangannya. Sekilas ia menatap wajah
Faya, tersenyum getir karena berkesempatan melihatnya namun tak bisa
menyentuhnya dengan benar. Faya membalas dengan senyuman walau matanya sudah
dipenuhi air mata dan membalikkan badan. Ia menunduk menyembunyikan tangisnya.
Terasa berat meninggalkan orang yang kau cinta, bersama orang yang kau sayang.
Punggung Faya terlihat makin menjauh. Ia sadar
bahwa pemilik punggung itu tak bisa menjadi miliknya. Rasa kesal dan kecewa
pada dirinya yang menyesal tak mengatakannya dari dulu. Sekarang mereka hanya
bisa menjadi sahabat entah sampai kapan Ternyata benar, cinta diantara kami
hanya lelucon. Tak mungkin akan terjadi.
***
15.37 WIB
Faya sudah
berganti baju dan telah mengambil jus jeruk dari kulkas untuk dinikmati sambil
menonton televisi. Tangannya terus mengganti channel sehingga tanpa sadar ia hanya berputar. Pikirannya telah
terisi penuh dengan segala kegundahannya. Tentang perasaannya pada Farres dan
Nando. Ia menyayangi Nando namun ia juga mencintai Farres. Namun rasanya tidak
mungkin untuknya bersama Farres dengan Nando dan Tissa di antara mereka.
Faya
melirik handphone-nya yang belum
dilihatnya sejak pulang sekolah. Ia tahu ada banyak pesan masuk, namun ia
sedang tidak mood untuk membacanya.
Ia memlih untuk mengabaikannya dan membacanya nanti.
Sampai
ia tersadar channel kotanya yang
akhirnya dipilih, menayangkan berita terkini alias breaking news.
Telah terjadi kecelakaan di Jalan Cendrawasih
antara sebuah motor Honda CS-One berplat nomor B 6178 NNR dengan truk beroda
enam berplat nomor B 2341 MP. Kecelakaan ini menyebabkan satu korban tewas di
tempat yang bernama Farres Dirganto Muhammad. Korban masih berseragam sekolah
dan merupakan siswa SMAN 5 Cikasundan. Demikian sekilas info kami sampaikan.”
Sekejap rasa shock menguasai. Ledakan tangis
Faya tidak bisa dibendung lagi. Air mata terus mengucur tiada henti.
Sahabatnya, kakaknya dan cintanya telah meninggal dunia. Tubuhnya berguncang
keras karena menangis. Ibunya yang sempat mendengar sekilas berita tersebut,
datang memeluk Faya Anaknya berguncang tiada henti dan tak bisa tenang. Beliau
pun mengeluarkan air mata mengingat segala kebaikan Farres, padanya, pada
keluarganya dan pada Faya. Beliau juga sangat merasakan kehilangan karena
Farres sudah dianggap anaknya sendiri.
Terdengar
suara ketukkan pintu. Belum sempat dibuka, pria itu datang ke arah ruang
keluarga setengah berlari. Wajah Nando terlihat memerah sehabis menangis. Ia
sedikit tersenyum seadanya dengan anggukan pada Ibu Faya dengan sopan. Beliau
membalasnya dengan simpatik. Nando segera berlutut di samping Faya dan membelai
lembut kepalanya walau air mata juga mengucur dari matanya. Rasa kehilangan
sangat terasa di hatinya
Tiba-tiba
Faya mengusap air matanya dan segera berlari menuju arah rumah Farres tanpa
sadar. Ibunya segera beranjak ke kamar dan kembali membawa selendang hitam.
Beliau menyerahkan pada Nando yang segera mengejar Faya. Walaupun tiba-tiba ia
sadar, perasaan Faya tak hanya sekedar sahabat. Dan ia tak peduli akan itu.
***
18.29 WIB
Air mata masih mengucur deras dari mata Faya. Ia baru saja
menyelesaikan sholat Mahgrib di rumah Farres bersama teman-temannya dengan Tissa
yang terus berguncang di sampingnya. Kesedihan menyelimuti rumah Farres yang
biasanya ramai dengan teman-temannya, keluarganya, tetangga dan lainnya. Hanya
saja kali ini berbeda, ramai bukan karena keceriaan melainkan karena kesedihan
mendalam.
Foto
Farres yang sedang tersenyum cerah terpampang di belakang kepala jasad Farres.
Wajah jasad itu pucat namun terlukis senyum disana. Faya beranjak ke samping
jasadnya, melihat sekujur tubuh Farres yang kaku. Ia harus puas hanya bisa
melihat tubuhnya dan tidak bisa merasakan jiwa cerianya.
“Farres... bikin
gue ketawa dong. Gue lagi sedih, kok lo tega cuma diem aja? Kok lo tega buat
kita semua ngabisin air mata? Itu kan bukan lo banget, Res”, kata Faya terisak
pada keheningan. Nando datang memeluknya sekejap dan menyerahkan handphone Faya. Nando mengusap air mata
di pipi Faya dan membelai sayang rambutnya. Perasaan empati pada gadis
disampingnya terasa.
Faya lupa bahwa
ia sempat mengabaikan beberapa pesan masuk tadi sore. Ia pun membukanya dan
hatinya mencelos melihat salah satu pesan yang masuk.
Fay, maaf ya kalo lo mengira tadi cuma April
Mop. Pada dasarnya gue nggak bermaksud gitu, karena ini masih 31 Maret 2012.
Gue serius sayang sama lo, lebih dari sekedar sahabat. Gue cinta sama lo, Fay.
Walaupun gue tau kalau kita sama-sama udah ada yang punya dan nggak berhak
menyakiti mereka demi keegoisan kita. Gue merasa kalo lo juga ngerasa hal yang
sama. Itu terlihat dari mata lo, perhatian lo, semuanya. Gue bakal selalu
menjaga lo, Fay, walaupun gue juga percaya Nando pasti bisa jaga lo. Dan pada
intinya, gue cinta sama lo sebagai sahabat, adik, kakak, guru, pacar bohongan
dan cinta mati gue selamanya.
Dari :
Farres Dirganto Muhammad, dikirim pada 15.05 p.m. 31-03-2012
Air mata terus mengalir di pipi Faya. Tangannya mengenggam tangan
Nando lalu menatapnya sekilas. Nando membalasnya dengan senyuman getir. Ia
beralih menatap wajah jasad Farres dan mengecup keningnya cukup lama. “Selamat
tinggal, Res. Gue juga cinta sama lo, dan akan selamanya begitu.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar