Rabu, 09 Januari 2013

Lelucon Cinta part 3 (FINAL)

If you wanna read this story, please read Lelucon Cinta part 1 then Lelucon Cinta part 2
At last but not least, enjoy the story :D


Suatu Hari
      Ramai mahkluk berseragam putih abu-abu menyelimuti gerbang sekolah dan sekitarnya. Waktu telah menunjukkan pun 14.45 WIB. Faya berdiri di samping gerbang seorang diri. Sesekali melambaikan tangan dan tersenyum pada siswa siswi yang dikenalnya. Namun dari area parkir barat muncul motor CS-One hitam dengan pengendara yang sangat dikenalnya. Sepasang mata tajam melihat ke arahnya dengan memicing menghindari silau matahari.
      “Sendirian aja, neng. Pulang ama abang yuk. Tapi temenin keliling Jakarta dulu. Ceban deh sejam,” sapa Farres sambil menggoda Faya dengan ‘menawarnya’. Ia mendekatkan motornya ke tempat teduh dekat Faya dan mematikan mesinnya.
      “Yeee lo pikir gue cewek apaan! Gue bukan cewek murah kali! Kalo dua setengah juta per jam oke dah ayo hahaha,” timpal Faya menanggapi dan disambut tawa renyah Farres.
      Setelah berhenti tertawa, keheningan mulai menguasai diantara mereka. Gerbang sekolah masih ramai dengan berbagai celoteh siswa-siswi dan berbagai kendaraannya. Antara ‘salting’ dan kehabisan bahan bicara, mereka terdiam.Tampak Farres sedang memikirkan sesuatu yang mengganjal pikirannya selama ini. Setelah menghela napas, ia membuka mulutnya.
      “Kamu pulang sama Nando?”, tanyanya yang sontak langsung membuat Faya tertawa. “Sejak kapan kita ngomong pake ‘aku-kamu’? Hahaha,” gelak tawa tak bisa ditahan Faya. Awalnya Farres juga kaget dan salah tingkah, namun untuk menutupinya ia juga ikut tertawa. Hanya saja ia segera merubah raut wajahnya menjadi serius.
      Faya menyadari akan perubahan itu. Ia sadar dan segera mengangguk bingung sebagai jawaban. “Kalau seandainya hari ini lo pulang bareng gue aja gimana? Sekali aja,” tanya Farres dengan sedikit nada memohon. “Lah nanti Tissa gimana?”, tanya Faya balik. “Biar nanti Nando yang nganter Tissa. Gue pengen ngomong soalnya sama lo,” atur Farres yakin.
      “Yaelah, ngomong aja pakai pulang bareng. Udah disini aja,” kata Faya malas. Walapun sebenarnya ia juga penasaran karena Farres tidak biasanya seperti ini. Farres bimbang sejenak memikirkan mana yang lebih baik. Sampai akhirnya ia berkata, “Oke gue ngomong deh sekarang”.
      Entah kenapa Faya sedikit merasa deg-degan. Farres menghela nafas dan berkata, “Lo tau nggak sih kalau gue sayang banget sama lo, Fay?”, wajahnya berubah serius.
      “Hah? Sayang? Tau laaah. Kan kita sahabat dari jaman baheula, pasti kita saling sayang. Pake banget,” jawab Faya seadanya. Farres menepuk keningnya karena ternyata Faya tidak langsung mengerti yang sebenarnya.
      “Iya bener, gue sayang sama lo sebagai sahabat. Tapi entah kenapa lama kelamaan itu berubah. Gue jadi ketergantungan sama lo. Dan mungkin lo juga ngerasa begitu. Dari dulu gue selalu nyaman deket lo, tapi akhir-akhir ini gue jadi kecanduan. Lo ngerasa gitu juga nggak sih?”, kata-kata mengalir begitu saja dari mulut Farres. Wajahnya sedikit lega seperti baru saja mengeluarkan beban berat. Walau sebenarnya ia merasa salah untuk mengatakan itu, apa manusia yang sudah punya pacar tidak berhak menyatakan cinta pada orang lain?
      Faya hanya bisa melongo kaget. Dugaan yang selama ini ia hindari ternyata benar. Dan Faya pun merasakan hal yang sama sehingga ingin segera mengiyakan pertanyaan Farres. Namun ia teringat pada Nando dan Tissa. Dua orang yang hadir di kehidupan mereka selama ini. Ia tidak tega memikirkan mereka dan pasti Farres begitu.
 1 April! Hari ini tanggal 1 April! Itu artinya hari ini April Mop! Jangan-jangan ini hanya akal-akalan Farres aja buat ngerjain gue, batin Faya yang tiba-tiba berpikir seperti itu. Sedikit kecewa terasa karena pikiran itu. Namun ia sadar tidak sepantasnya ia merasa kecewa.
      “Iya kok, Res. Gue juga ngerasa kayak gitu. Akhir-akhir ini gue jadi merasa sayaaaang banget sama lo. Gue suka ketika kita cuma berdua. Gue suka kita bahagia bersama dan ini semua melebihi sahabat,” jawab Faya lancar. Ekspresi Faya menunjukkan keseriusan namun sedikit terlihat menahan tawa. Perubahan raut wajah Farres yang awalnya tegang menjadi cerah. “Demi apa lo, Fay?”, Farres mencoba meyakinkan dengan bersemangat. Ia merasa sangat senang karena Faya juga merasakannya.
      “APRIL MOP!! Woy, emang gue bisa lo kerjain kayak gitu. Sorry deh, gue duluan yang bilang ‘April Mop’ hahaha,” teriak Faya dilanjutkan dengan tawa terbahak-bahak. Namun ekspresi Farres berubah kecewa dan hanya bisa tersenyum pahit.
      Ternyata Faya hanya mengira ia mengatakan lelucon. Dan Faya membalasnya juga dengan lelucon Ya, benar, cinta yang ada diantara kita hanya lelucon. Tak akan mungkin lebih dari persahabatan, batin Farres pahit. “Hahaha lelucon April,” Ia kecewa Faya hanya berkata untuk menjahilinya. Walau tak sepantasnya karena ia milik Tisha dan Faya milik Nando.
      Sebuah motor dari arah parkiran basement datang dan berhenti di samping motor Farres. “Eh Res, nungguin Tissa ya? Makasih loh udah nemenin cewek gue hahaha,” sapa Nando pada Farres. Keringat mengucur deras dari dahinya. Disekanya sesekali. “Dia yang minta temenin sih, Nan. Katanya takut diculik hahaha,” sahut Farres dengan tawa hambar. Faya hanya bisa meringis dan nyengir mendengarnya. Ia masih teringat pada momen terakhir tadi. Tanpa komando, ia pun naik ke motor Nando dan sudah siap untuk pulang.
“Duluan ya, Res”, kata Nando tersenyum dan langsung menjalankan motornya. Farres hanya bisa membalas dengan senyuman dan melambaikan tangannya. Sekilas ia menatap wajah Faya, tersenyum getir karena berkesempatan melihatnya namun tak bisa menyentuhnya dengan benar. Faya membalas dengan senyuman walau matanya sudah dipenuhi air mata dan membalikkan badan. Ia menunduk menyembunyikan tangisnya. Terasa berat meninggalkan orang yang kau cinta, bersama orang yang kau sayang.
 Punggung Faya terlihat makin menjauh. Ia sadar bahwa pemilik punggung itu tak bisa menjadi miliknya. Rasa kesal dan kecewa pada dirinya yang menyesal tak mengatakannya dari dulu. Sekarang mereka hanya bisa menjadi sahabat entah sampai kapan Ternyata benar, cinta diantara kami hanya lelucon. Tak mungkin akan terjadi.                  
***
      15.37 WIB
Faya sudah berganti baju dan telah mengambil jus jeruk dari kulkas untuk dinikmati sambil menonton televisi. Tangannya terus mengganti channel sehingga tanpa sadar ia hanya berputar. Pikirannya telah terisi penuh dengan segala kegundahannya. Tentang perasaannya pada Farres dan Nando. Ia menyayangi Nando namun ia juga mencintai Farres. Namun rasanya tidak mungkin untuknya bersama Farres dengan Nando dan Tissa di antara mereka.
      Faya melirik handphone-nya yang belum dilihatnya sejak pulang sekolah. Ia tahu ada banyak pesan masuk, namun ia sedang tidak mood untuk membacanya. Ia memlih untuk mengabaikannya dan membacanya nanti.
      Sampai ia tersadar channel kotanya yang akhirnya dipilih, menayangkan berita terkini alias breaking news.
Telah terjadi kecelakaan di Jalan Cendrawasih antara sebuah motor Honda CS-One berplat nomor B 6178 NNR dengan truk beroda enam berplat nomor B 2341 MP. Kecelakaan ini menyebabkan satu korban tewas di tempat yang bernama Farres Dirganto Muhammad. Korban masih berseragam sekolah dan merupakan siswa SMAN 5 Cikasundan. Demikian sekilas info kami sampaikan.”
       Sekejap rasa shock menguasai. Ledakan tangis Faya tidak bisa dibendung lagi. Air mata terus mengucur tiada henti. Sahabatnya, kakaknya dan cintanya telah meninggal dunia. Tubuhnya berguncang keras karena menangis. Ibunya yang sempat mendengar sekilas berita tersebut, datang memeluk Faya Anaknya berguncang tiada henti dan tak bisa tenang. Beliau pun mengeluarkan air mata mengingat segala kebaikan Farres, padanya, pada keluarganya dan pada Faya. Beliau juga sangat merasakan kehilangan karena Farres sudah dianggap anaknya sendiri.
      Terdengar suara ketukkan pintu. Belum sempat dibuka, pria itu datang ke arah ruang keluarga setengah berlari. Wajah Nando terlihat memerah sehabis menangis. Ia sedikit tersenyum seadanya dengan anggukan pada Ibu Faya dengan sopan. Beliau membalasnya dengan simpatik. Nando segera berlutut di samping Faya dan membelai lembut kepalanya walau air mata juga mengucur dari matanya. Rasa kehilangan sangat terasa di hatinya
      Tiba-tiba Faya mengusap air matanya dan segera berlari menuju arah rumah Farres tanpa sadar. Ibunya segera beranjak ke kamar dan kembali membawa selendang hitam. Beliau menyerahkan pada Nando yang segera mengejar Faya. Walaupun tiba-tiba ia sadar, perasaan Faya tak hanya sekedar sahabat. Dan ia tak peduli akan itu.
***
      18.29 WIB
      Air mata masih mengucur deras dari mata Faya. Ia baru saja menyelesaikan sholat Mahgrib di rumah Farres bersama teman-temannya dengan Tissa yang terus berguncang di sampingnya. Kesedihan menyelimuti rumah Farres yang biasanya ramai dengan teman-temannya, keluarganya, tetangga dan lainnya. Hanya saja kali ini berbeda, ramai bukan karena keceriaan melainkan karena kesedihan mendalam.
      Foto Farres yang sedang tersenyum cerah terpampang di belakang kepala jasad Farres. Wajah jasad itu pucat namun terlukis senyum disana. Faya beranjak ke samping jasadnya, melihat sekujur tubuh Farres yang kaku. Ia harus puas hanya bisa melihat tubuhnya dan tidak bisa merasakan jiwa cerianya.
“Farres... bikin gue ketawa dong. Gue lagi sedih, kok lo tega cuma diem aja? Kok lo tega buat kita semua ngabisin air mata? Itu kan bukan lo banget, Res”, kata Faya terisak pada keheningan. Nando datang memeluknya sekejap dan menyerahkan handphone Faya. Nando mengusap air mata di pipi Faya dan membelai sayang rambutnya. Perasaan empati pada gadis disampingnya terasa.
Faya lupa bahwa ia sempat mengabaikan beberapa pesan masuk tadi sore. Ia pun membukanya dan hatinya mencelos melihat salah satu pesan yang masuk.
Fay, maaf ya kalo lo mengira tadi cuma April Mop. Pada dasarnya gue nggak bermaksud gitu, karena ini masih 31 Maret 2012. Gue serius sayang sama lo, lebih dari sekedar sahabat. Gue cinta sama lo, Fay. Walaupun gue tau kalau kita sama-sama udah ada yang punya dan nggak berhak menyakiti mereka demi keegoisan kita. Gue merasa kalo lo juga ngerasa hal yang sama. Itu terlihat dari mata lo, perhatian lo, semuanya. Gue bakal selalu menjaga lo, Fay, walaupun gue juga percaya Nando pasti bisa jaga lo. Dan pada intinya, gue cinta sama lo sebagai sahabat, adik, kakak, guru, pacar bohongan dan cinta mati gue selamanya.
Dari   : Farres Dirganto Muhammad, dikirim pada 15.05 p.m. 31-03-2012
Air mata terus mengalir di pipi Faya. Tangannya mengenggam tangan Nando lalu menatapnya sekilas. Nando membalasnya dengan senyuman getir. Ia beralih menatap wajah jasad Farres dan mengecup keningnya cukup lama. “Selamat tinggal, Res. Gue juga cinta sama lo, dan akan selamanya begitu.”