Senin, 18 Oktober 2010

The Secret Plans

Aduh panasnyaaaa… keluh Reya. Perbedaan suhu itu jelas terasa bagi Reya setelah dia ‘didinginkan’ di ATM. Walaupun udara diluar sangat menyengat, tapi tidak bisa melelehkan tekad kuat Reya terhadap apa yang akan dilakukannya pada saldonya yang berjumlah Rp 10.000.000,00 itu. Pikiran Reya pun langsung bermusyawarah membentuk susunan-susunan rencana tersebut.

“Jadi Rey, lo mau ngapain dulu pertama-tama? Buat itu semua ga segampang yang lo pikir lho” kata Alvi pada suatu sore di ruang keluarga Reya, “Ya pokoknya kita harus buat Vi! HARUS! Ya, kita mesti deketin mereka dulu dong” jawab Reya dengan yakinnya, “Yaudah, ayo sekarang kita ke TKP” sahut Alvi sambil menyambar kunci motornya. “Nah gitu dong daritadi” kata Reya optimis.

Reya tak henti-hentinya menengok ke kanan, kiri bahkan ke belakang. Ada sesuatu yang dicarinya, dan itu harus ada karena jika tidak semuanya bisa gagal. “Oke Vi, gue tunggu disini. Lo cari parkiran aja tuh di minimarket” kata Reya sambil menunjuk sebuah minimarket terdekat. Tepat setelah Alvi kembali dari minimarket, lampu lalu lintas berubah menjadi merah. Ini dia saatnya! pikir Reya. Ya! Apa yang dipikirkan Reya telah datang: mereka berbondong-bondong datang sambil membawa berbagai alat musik sederhana yang mereka buat sendiri. Tak ketinggalan dengan kantong bekas permennya. Ketika lampu telah berubah menjadi hijau, Reya dan Alvi segera mendatangi mereka, “Halo adik-adik! Apa kabar? Kakak mau ngobrol-ngobrol nih sama kalian. Cari tempat yang adem yuk” kata Reya ramah kepada para anak jalanan tersebut. Mereka hanya bisa celingak-celinguk kebingungan karena tingkah laku Reya. Mereka pun langsung mengikuti Reya ketika dia telah menemukan tempat ngobrol. Hanya dengan waktu 5 menit saja, Reya dan Alvi sudah berbaur dengan mereka. Reya dan Alvi dengan mudahnya menanyakan hobi mereka, kesukaan, idola dan juga suka-duka mereka menjadi pengamen. Hati Reya dan Alvi semakin terharu dan merasa bersyukur atas kehidupan mereka. Kebanyakan dari mereka pun tidak sekolah. Itu yang membuat rencana Reya semakin kuat. “Yaudah ya dek, Kak Reya sama Kak Alvi mau pulang dulu. Nanti Kakak kesini lagi, tungguin yaa!” kata Reya sambil tersenyum lalu melambaikan tangannya. Begitu juga dengan Alvi dan para anak jalanan itu. Hidup ini indah ya kalau melihat orang bahagia, batin Alvi dalam hati.

Keesokan harinya, Reya segera menghubungi seluruh sahabatnya. Alvi pun membantunya. Kebetulan Alvi adalah teman Reya dari mereka masih sama-sama memakai popok, jadi persahabatan mereka sudah tak bisa diragukan lagi.

“Gue udah dapet jawaban dari Meiza, Ari, Mogi, Puput, Dita sama Evan nih, Vi. Mereka bisa kok hari Sabtu nanti” kata Reya setelah ia membaca handphone nya, “Sepupu gue, Via sama Desti juga mau bantu kok” sambung Reya. “Yaudah kita mulai minggu depan, sekarang kita belajar dulu buat UTS besok. Oke?” kata Alvi nyengir tapi sungguh-sungguh, “Iya iya..” jawab Reya setengah rela pada kenyataan bahwa dirinya harus belajar saat ini.

Seminggu pun berlalu. Reya dan Alvi pun sudah melewati masa UTS. Hari Sabtu pun tiba dengan cepatnya. Reya dan Alvi pun telah berkumpul di tempat yang dijanjikan oleh teman-temannya. Mereka akan segera berbelanja ke Pasar Jaya. Reya takut jika teman-temannya berubah pikiran tapi akhirnya ia lega karena teman-temannya berteriak, “SETUJU!!”

Semuanya pun langsung pergi tanpa banyak bicara. Sampai-sampai mereka menyewa sebuah mobil pick-up untuk mengangkut barang belanja. Tentu saja, semuanya dibiayai oleh tabungan Reya. Reya tidak tanggung-tanggung menggunakan uangnya untuk mewujudkan impiannya sejak kecil. Semua teman-temannya pun juga semangat membantu Reya mewujudkan rencananya. Semua telah terencana secara rapi.

Akhirnya semua beres. Gudang rumah Reya yang cukup besar telah disulap menjadi sebuah sekolah kecil yang menyenangkan. Warna-warni menghiasi sekolah kecil itu. Langsung saja keesokannya Reya mengundang seluruh anak-anak jalanan untuk kerumahnya. Ya, impiannya telah terwujud, membuat sekolah gratis bagi anak-anak jalanan. Tidak hanya sekolah, Reya pun membuat taman outdoor yang berisi permainan edukatif. Selain untuk anak-anak, terdapat sekolah gratis bagi para orangtua yang masih belum bisa membaca, menulis dan menghitung. Semuanya lengkap. Ada pelajaran musik, melukis, menari, olahraga dan lain-lain. Semuanya tersedia di “Sekolah Impian Anak-anak Indonesia”, gratis. Reya, Alvi, dan teman-temannya serta Mama dan sepupunya pun mengajar disana, hanya waktunya yang berbeda.

Reya dan Alvi hanya bisa tersenyum. Impian mereka, kerja keras mereka, doa mereka, bisa terwujud sepenuhnya. Tak disangka mereka bisa membahagiakan mereka. Tak sia-sia mereka diremehkan orang-orang. Kalau sudah begini, tak hanya Reya dan Alvi kan yang senang? Hidup memang sempurna jika bisa membuat orang bahagia.




bagus ga? doain semoga menang yaaa :)