Sabtu, 17 Februari 2018

Keluarga Kecil Taman Cibodas (pt. 1)

HELLO GUYS!


Welcome to my new entry! Wuuuuuw #OpeningKhas #KenaImbasYoutuber

Sekarang kita sedang ada di pertengahan bulan Februari 2018 (actually I wrote this on February 2017, and I just continue write this on February 2018). Wow cepat bukan? Oke sekarang kita naik mesin waktu dan mundur dua tahun *ckitckitckitckitckit* (suara waktu direwind).
Beberapa tahun lalu, angkatan gue di kampus, Magenta 2013, sedang melaksanakan studek alias studi enak karena lebih mentingin agenda liburannya hehehe. Menurut gue waktu Februari tahun lalu adalah waktu yang sangat tepat untuk studek. Kenapa? Karena kami akan menghadapi dunia per-tugas-akhiran tapi baru aja menyelesaikan laporan praktek industri.
Wow praktek industri? Wow apa tuh?

Nah, ini yang akan menjelaskan kenapa judulnya "Keluarga Kecil Taman Cibodas".

Oktober 2015
Oke ini lama banget ya ternyata 2015 baru sadar. Saat itu gue lagi bingung PI dimana karena baru aja ditolak dari pabrik kemasan dekat rumah. Gue sedih sih karena sempat dikasih harapan terus ternyata nggak bisa untuk bulan November-Desember, plus itu satu-satunya pabrik deket rumah. Iya, gue nggak mau jauh dari rumah. Meeeen, gue tuh bisa dilantik jadi Duta Anak Rumahan kayaknya deh.
Gue sadar nggak bisa terus menerus sedih dan singkat cerita gue bisa diterima PI di PT. DAJK bersama 14 orang teman lainnya yang sebelumnya udah mengajukan permohonan duluan.

Sip, gue udah terima kalau harus ngontrak/ngekos. Buat pengalamanlah. #dewasa.
Hari-hari selanjutnya dipenuhi dengan persiapan kami yang akan ngontrak bareng. Dan tokoh-tokoh yang akan mengisi kontrakkan tersebut adalah:
  1. Lila
  2. Adinda
  3. Aa (alias Sahrul but he is a Sundanese so why not)
  4. Agam
  5. Helen
  6. Puput
  7. Citra
  8. Ipeh
  9. Isal
  10. Okta
  11. Dhimas
  12. Naek
  13. Irfan
  14. Dinda
  15. Retno
Banyak? So, what's your expectation? Kontrakkan gue gede gitu? Enggak. Tingkat dua? Ah enggak juga. Kontrakkan gue cukup kecil, yang biasanya ditempatin buat keluarga kecil dengan dua anak (yang anak bungsunya masih kecil dan baru numbuh gigi 5 biji). Gue nggak tau ukurannya berapa sih, tapi liat ilustrasi ini:
Mohon diklik untuk melihat lebih lengkap ehehe

Kontrakkan tersebut hasil perjuangan anak-anak keliling sekitaran pabrik di kota Tangerang, dipimpin oleh Naek dan Isal yang konon jago nego (ah tapi b aja ah. Ea *gengsi*). Kami pun mendapatkan harga yang cukup murah untuk dikontrak selama dua bulan. Apalagi patungan 15 orang, walah-walah ini biaya ngontrak apa kemping?

Para Pencari Tempattinggal
(atas kiri-kanan >> Dhimas, Irfan, Okta, Isal | bawah kiri-kanan Retno, Dinda, Citra, Naek)

Setelah bagi-bagi harta apa aja yang harus dibawa oleh masing-masing, kami langsung mempersiapkan dengan matang. Ahey. Gue saat itu kebagian bawa kasur palembang, meja kecil, dan tabung gas. Gatau kasur palembang gimana? Google deh, dan lo akan tau selama ini kasur tersebut namanya kasur palembang. Yang lain kebagian bawa magic jar (yang harus benar-benar magic), kompor, tv, jemuran, dan perabotan rumah tangga lainnya. Okay, November, kami datang!


November 2015
Kami mulai PI saat itu 2 November 2015 karena itu hari Senin. Tanggal 1-nya, kami udah di kontrakkan. Gue sih tgl 1 malem ya, dan yang lainnya udah dari pagi/siang/hari sebelumnya untuk bersih-bersih dulu. Emang gue kurang ajar, dasar princess Pondok Cabe.
Seandainya gue boleh nulis pengalaman ngontrak ini sebagai pengalaman berorganisasi di CV gue, gue tulis. Karena terorganisir banget! Diatur banget tuh pasangan-pasangan naik motor untuk ke perusahaannya, jadwal piket Senin-Kami siapa aja, sampe siapa nikahnya sama siapa. (Harus gue tulis yang terakhir itu bercanda ga sih?).

Entah malam keberapa ada yang bikin pengumuman, "Eh nanti rapat ya! Omongin lagi kita kedepannya gimana", yaelah. Kayak abis kepergok selingkuh.
Lalu kami pun rapat. Ngomongin uang patungan, peraturan-peraturan yang dibuat, serta jadwal piket per harinya. Did we really need to do this? Yep, harus banget untuk menghindari konflik-konflik rumah tangga selama dua bulan nanti. Tiap minggunya kita diminta ngasih uang sekitar 30ribu rupiah kalau tidak salah, untuk biaya makan seminggu. Murah bukan? Tentu. Kita disana cuma 4 1/2 hari, yaitu Minggu malam dan Kamis malam langsung otw ke rumah agar hari Jumat bisa langsung ke kampus buat bimbingan atau sekedar makan mie ayam di Kawah (Kantin Bawah). Untuk neken budget kita juga tiap minggu ada aja yang bawa makanan/bahannya dari rumah, macem beras, kentang goreng kering, ayam, dsb. Sumbangan para orangtua yang sebenernya nggak tega anaknya kelaperan di negeri orang.

Untuk piket, jobdesknya adalah beberes kontrakkan macem OK Clean dan juga masak buat makan bareng pagi & malam. Gue kebagian piket bersama Dhimas dan Ipeh di hari Kamis. Kami terbilang beruntung karena di hari itu, tugasnya cuma bersih-bersih (yang mana suka lupa dilakuin karena pagi buru-buru banget) dan cuma harus masak untuk sarapan aja karena malamnya ga makan dan langsung pulang. Dan gue dibilang cukup beruntung karena sekelompok dengan Dhimas yang memang ulet sehingga kreatif dalam memasak, dan Ipeh yang selalu mau berusaha untuk belajar masak (waktu itu dia belum bisa-bisa banget, tapi sekarang kayaknya masak tiap hari ya peh? Hahaha lah gua anjir sampah, tetep menjunjung tinggi indomie)

Sitmem. Situasi Memasak. (kemeja kotak itu Aa, dan baju ungu si Ipeh)
Liat.. Di foto itu gue ga ada kan? Ya emang. Palingan gue di kamar lagi gosip atau karaokean di Smule sama Puput Helen Citra. Adinda pasti lagi kongkow sama Isal dan Agam lagi sibuk dengan gadget dan penelitiannya (dimana kita yang lain belum mikirin TA).

Hari demi hari kita lalui. Masakkan demi masakkan kami makani. Dan jalan demi jalan kita lewati. Nggak ada hari yang nggak berkesan. Saat pagi tiba, pasti kita antara mager tapi harus bangun kalo ga kesiangan dan ga kedapetan giliran mandi. Gue kalo udah disana insya Allah lebih rajin. Bangun gue cukup pagi karena gue mau mandi duluan agar gausah nunggu-nunggu. Agar bisa setrika duluan juga. Iya, setrika kerudung kita yang mudah lecek itu. Yang repot kalo hari-hari sebelumnya anak-anak makan malemnya pake sambel yang pedes banget, nyaris tiap hari. Asli, pedesnya ga inget umur. Alhasil, pernah pagi harinya yang mules banyak dan termasuk gue. Itu buset daaah, bau sih enggak, tapi nahan sakit perut pas ngantri itu anjir gils. Mana degdegan juga karena udah mau jam 8, which is jam masuk kita.

Selain itu, banyak kejadian-kejadian di kamar mandi lainnya. Misalnya, karena kami semua perempuan berkerudung (kecuali Adinda dan Helen) maka memang kita selalu pake kerudung, bahkan keluar kamar mandi. Ya gue pernah dong keluar kamar mandi begitu santai, lalu papasan sama Isal dia bengong bentar trus yaudah. Nah si Aa baru ngomong, "Kok lu ga pake kerudung lil? Hahaha" lah iyaaaak. Gue langsung ke kamar. Kocak sih, cuma gue ga begitu salting karena sebenernya mereka juga tau jaman gue masih belum pake kerudung gimana hahaha. Tapi si Puput lebih bego. Lari dari kamar ke dapur cepet banget buat ambil tisu, tapi ga pake kerudung. Eh lagi-lagi, si Aa yang liat "Kok lu ga pake kerudung put?" Si Puput pun tersadar dan langsung lari lagi ke kamar dan gajadi ambil tissu padahal tissunya udah dia pegang........

Kami berangkat pukul.... 7 lewat lah ya? Lupa. Pokoknya gue berpasangan dengan Puput, dimana bawa motornya gantian tiap harinya. Motor yang kami bawa adalah motor Ipeh. Nggak ada yang seru sih, karena sama Puput mah kerjaannya gosip aja sama curhat-curhat sebel sama siapa-siapa. Selain itu ketawa-ketawa ga jelas yang gue lupa apa, tapi pokoknya lucu!

Our first day. We (were) ready to work!


Di DAJK, kami tentu berpisah karena berbeda divisi. Bahkan Adinda, Isal, dan Dhimas ada di Plant 3 yang khusus Corrugated alias kardus, fyi. Gue ada di bagian Quality Control for Incoming Goods bersama Puput, Agam, Aa, Okta, Citra, dan Ipeh. Divisi dengan anggota magang terbanyak. Yang kami lakukan apa?
Siap makan jajan (sampe nerima Helen, Dinda, Retno sebagai tamu dari divisi lain)

Foto-foto
And did some hijab tutorial


Divisi gue berada di sebuah ruangan sekitar 5x3 m2(?), dingin banget karena AC nya 2 pk, dan gue nggak pernah nggak pilek disini. Kami dibimbing oleh Pak Haris, yang katanya punya mantan puluhan, pinter, dan baik banget pernah nraktir kita sedivisi makan enak. Selain itu ada asistennya yaitu Pak Heri. Ini doi orangnya kocak banget, demen dangdutan. Rambutnya kayak Ariel Peterpan jaman dulu, tapi baik banget. Selalu mendukung gue buat tidur, bahkan di rak kertas karena disitu ga akan ketauan kalo ada orang pabrik yang masuk.

Pak Heri yang ujung sana, antara Okta dan Irfan

Tentu hari-hari di divisi itu nggak tiap hari ketawa ya. Pasti pernah ga ketawa, kayak pas kita belajar. Yaiyalah ya....memang ini kan Praktek Industri. Bukan buat jadi Pelawak Indonesia. (iye maksa he eh udah apa sans). Kita belajar cara tahu bahan-bahan buat mencetak itu berkualitas dan layak nggak. Kayak kertas dan lem contohnya. Selain itu sering juga seharian kita cuma dengerin Pak Haris cerita. Asli seru-seru banget. Mulai dari kisah cinta dia, sampe cerita horror macem santet di Kalimantan. Gue dan kawan-kawan sebagai anak muda polos dari Depok mah ya iya iya aja ya, kita pasti percaya. Walau ga percaya pun, pasti ada hal yang bisa kita kaitin ke realita dan jadinya kita tetep percaya.

Hah, baiklah. Mungkin sebegitu dulu ceritaku di Part 1 ini. Tunggu kisah selanjutnya ya, karena apa? Karena kamu pasti mau tau kan mengenai....

Apa yang retak di belakang dan siapa pelakunya??

Mengapa terjadi sebuah kegagalan besar saat si pembuat onar ulang tahun??

Apa yang membuat gue menunggu di bandara dari pagi sampai malam??

Wait for the next chapter to get the answers. See ya! ;)